SGI Bima: Pendidikan Karakter Beda Generasi Beda Zaman

Pendidikan Karakter Tahun Kelahiran 70an 81an
Oleh: Eka Ilham

Hari ini kita dihadapkan pada sebuah persoalan yang sangat memprihatinkan, generasi sekarang telah mengalami degradasi moral, prilaku dan sikap pada anak-anak zaman sekarang. Sepertinya peran orang tua mengalami kemunduran. Banyaknya kasus-kasus yang terjadi di desa dan kota antara lain tramadol, prilaku yang menyimpang, perkelahian, pembunuhan dan kasus-kasus lainnya itu semua di akibatkan oleh hilangnya fungsi peran orang tua dan tidak ada rasa segan dan hormatnya pada guru dan pendidik disekolah. Semoga ini tidak terlalu subjektif. Generasi sekarang adalah generasi yang instan dan mudah menyerah terhadap persoalan yang menimpa kehidupannya. Pada generasi yang lahir pada tahun 70an dan 81an merupakan generasi yang memiliki pendidikan karakter yang bagus. Sebut saja pendidikan karakter pada masa itu adalah magrib mengaji. Tidak ada anak pada pada saat itu yang berkeliaran di kampung-kampungnya dan yang menggunakan motor. Anak-anak pada saat itu berlomba-lomba mencari guru ngajinya untuk belajar mengaji. Apabila tidak mengaji maka orang tua tidak segan-segan memukul dan memarahinya sebagai bentuk penanaman pendidikan agama pada saat itu, yang terpenting pada generasi yang lahir pada tahun 70an dan 81an pendidikan agama adalah yang wajib hukumnya untuk dijalani oleh anak-anak dan para orang tua. Orang tua menutupkan kepada para gurunya untuk mendidik dan mendisplinkan anak-anaknya. Tidak heran kalaupun gurunya mendisplinkan siswa-siswanya sangat keras pada saat itu. Guru ngaji tidak sah kalaupun dia tidak memegang rotan untuk dipukul tangan muridnya apabila melakukan kesalahan. Begitupun disekolah guru tidak segan-segan memukul muridnya. Saya masih ingat pengalaman pribadi waktu kelas tiga SD tidak bisa menghafal “Kalian satu sampai sepuluh” saya hari itu pun menerima pukulan penggaris oleh guruku. Dan aku pun melapor ke ayahku, bukannya mendapat perhatian tetapi malah mendapat pukulan tambahan dari ayahku dan guru itu pun dibela habis-habisan oleh ayahku. Jangan pernah berharap melapor ke orang tua tentang kedisiplinan yang diterapkan oleh para guru disekolah, malah kita mendapatkan tambahan hukuman. Saya yakin generasi yang lahir pada tahun 70an dan 81an pernah mengalami peristiwa-peristiwa tersebut.
Bagaimana pendidikan karakter saat ini?
Tentunya itu tidak berlaku pada generasi sekarang, banyak peristiwa yang terjadi pada generasi sekarang. Guru tidak lagi bisa memberikan bentuk tindakan disiplin yang keras, itu semua akan mengakibatkan reaksi yang akan merugikan guru itu sendiri. Siswa bahkan tidak segan-segan berprilaku tidak baik pada gurunya. Guru sepertinya harus bisa menjadi guru yang harus berhati-hati dalam mendisiplinkan siswanya. Guru dilarang bertindak berlebihan dalam mendisiplinkan siswanya. Mungkin pada generasi sekarang hampir jarang sekali melakukan kekerasan pada murid-muridnya. Kalaupun ada guru-guru tersebut akan mendapatkan perlawanan dari siswanya, orang tua dan masyarakat. Pendidikan karakter tidak bisa diterapkan secara maksimal oleh para guru dan orang tua mengingat cara mendidik sudah berbeda dengan generasi terdahulu. Sehingga pada akhirnya para guru harus lebih berinovasi dan kreatif dalam mendidik murid-muridnya.

“Didiklah anak-anakmu sesuai dengan zamannya”. Ali Bin Abu Thalib.

Kalimat diatas sepertinya berlaku pada generasi sekarang. Posisi guru hari ini harus bisa melihat perkembangan kejiwaan para siswa-siswinya. Berbeda jauh dengan generasi 70an dan 81an. Guru sudah tidak bisa mendisiplinkan murid-muridnya dengan keras. Imbasnya pendidikan karakter tidak sampai pada yang kita inginkan. Guru harus lebih manis pada murid-muridnya. Guru harus menjadi teman dan sahabat bagi murid-muridnya walaupun sikap tersebut disalahgunakan oleh para murid-murid. Persoalan-persoalanpun muncul ditataran dunia pendidikan. Guru dipukul muridnya, guru tidak dihormati muri
dnya, orang tua murid memukul guru anaknya, masyarakatpun menghakimi gurunya, yang pada akhirnya gurupun tertindas. Fenomena inipun muncul pada generasi saat ini. Undang-undang perlindungan gurupun hanya pepesan kosong. Kasus-kasus yang menimpa gurupun seperti analogi “Kapal Selam” muncul timbul setelah itu tenggelam didasar laut selama-lamanya. Potret pendidikan karakter yang kita gaungkan menjadi “Ambigu” bermakna ganda. Ada yang merindukan generasi yang lahir tahun 71an dan 81an. Menghormati guru adalah sebuah keharusan. Jangan coba-coba murid melawan gurunya. Orang tuapun akan menghukum anaknya apabila melawan gurunya. Bisa kita lihat generasi-generasi tersebut mengambil peran yang penting disetiap lini kehidupan saat ini. Mereka mampu bertahan karena mereka sudah di didik sejak kecil oleh para gurunya dan orang tuanya. Beruntunglah bagi generasi-generasi tersebut.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

SGI Bima: Buku Antologi Bhineka Dalam Karya Terbit

SGI Bima: N.Marewo Dalam Doa

SGI Bima: Pendidikan Dan Rantai Kemiskinan Oleh Rhenald Kasali