SGI Bima: Kemanusiaan Yang Terusik Oleh Eka Ilham
Kemanusiaan Yang Terusik
Declaration Of Human Right sebuah piagam perdamaian yang harus di patuhi oleh setiap manusia dan bangsa-bangsa internasional dimana essensi dari piagam itu adalah humanity menjaga keselamatan dan perlindungan bagi setiap manusia. Menghilangkan nyawa manusia dengan alasan apapun baik suatu etnis atau kelompok adalah suatu tindakan yang tidak berprikemanusian. Sangat di sayangkan prilaku itu telah terjadi di depan mata kita, sebuah negara yang tidak beradab telah melakukan pembunuhan yang di lakukan oleh juntamiliter myanmar dengan menggunakan sebuah kelompok agama untuk menghancurkan sebuah etnis yang kebetulan menimpa saudara seiman kita etnis Rohingya.
Sebagai seorang pendidik saya menyaksikan melalui media bagaimana sebuah bangsa yang tidak beradab melakukan pembunuhan massal. Anak-anak, balita orang tua dan etnis rohingya menjadi korban tangan besi negara yang tidak beradab menjadi sorotan dan memicu kemarahan masyarakat dunia. Di abad 21 masih ada sikap-sikap yang melanggar sisi kemanusian. Hak azasi manusia menjadi slogan tidak berlaku pada saudara-saudara kita di Rohingnya. Hemat saya ini bukan sekedar persoalan agama akan tetapi ini persoalan kemanusiah yang telah terjadi di depan mata kita penghilangan nyawa manusia begitu mudah dilakukan tampa melihat sisi humanity. Terlepas dari motif apapun baik itu geopolitik , agama dan kepentingan sumber daya alam di etnis rohingya.Rasa kemanusian terusik betapa nyawa manusia sudah tidak berharga lagi di hadapan juntamiliter dan para biksu budha yang sejatinya memberi pesan perdamian akan tetapi menjadi iblis pencabut nyawa bagi saudara-saudara kita etnis Rohingya. Persoalan mayoritas dan minoritas tidak menjadikan suatu kelompok bertindak di luar rasa kemanusiaan.
Apa sikap kita seharusnya?
untuk apa kita bersahabat dengan bangsa yang tidak beradab kalaupun hari ini pasca pembantian etnis rohingya. Memutuskan hubungan diplomatik seharusnya langkah ini menjadi langkah kita yang tepat ditengah rasa kemanusian untuk berbuat sebagai bentuk ketegasan bangsa indonesia saat ini. Sisi kemanusian kita terusik ditengah saudara-saudara kita yang tidak diperlakukan yang tidak beradab. Apabila upaya diplomatis yang dilakukan oleh pemerintah indonesia tidak di jalankan oleh bangsa myanmar sebagai bangsa yang menjunjung tinggi kebhinekaan sudah sepatutnya kita memutuskan hubungan diplomatik. Untuk apa kita bersahabat dengan bangsa yang tidak beradab. Alasan apapun mereka telah melukai sisi kemanusian kita. Duka mereka duka kita bersama.
Bantuan-bantuan mulai memasuki wilayah Myanmar akan tetapi itu tidak bisa menghilangkan duka mereka etnis Rohingya yang di usir dari tanah kelahirannya. Kalaupun hari ini mereka meninggalkan kampung halamannya tidak lebih dari mereka ingin hidup untuk anak-anak dan cucunya untuk dapat melanjutkan cita-cita mereka. Ini bukan hanya persoalan agama, etnis dan geopolitik akan tetapi ini persoalan manusia yang dihilangkan nyawanya. Rasa kemanusian kita tergugah dan mengutuk keras apa yang telah terjadi hari ini. Sakitmu, derita kami.
Declaration Of Human Right sebuah piagam perdamaian yang harus di patuhi oleh setiap manusia dan bangsa-bangsa internasional dimana essensi dari piagam itu adalah humanity menjaga keselamatan dan perlindungan bagi setiap manusia. Menghilangkan nyawa manusia dengan alasan apapun baik suatu etnis atau kelompok adalah suatu tindakan yang tidak berprikemanusian. Sangat di sayangkan prilaku itu telah terjadi di depan mata kita, sebuah negara yang tidak beradab telah melakukan pembunuhan yang di lakukan oleh juntamiliter myanmar dengan menggunakan sebuah kelompok agama untuk menghancurkan sebuah etnis yang kebetulan menimpa saudara seiman kita etnis Rohingya.
Sebagai seorang pendidik saya menyaksikan melalui media bagaimana sebuah bangsa yang tidak beradab melakukan pembunuhan massal. Anak-anak, balita orang tua dan etnis rohingya menjadi korban tangan besi negara yang tidak beradab menjadi sorotan dan memicu kemarahan masyarakat dunia. Di abad 21 masih ada sikap-sikap yang melanggar sisi kemanusian. Hak azasi manusia menjadi slogan tidak berlaku pada saudara-saudara kita di Rohingnya. Hemat saya ini bukan sekedar persoalan agama akan tetapi ini persoalan kemanusiah yang telah terjadi di depan mata kita penghilangan nyawa manusia begitu mudah dilakukan tampa melihat sisi humanity. Terlepas dari motif apapun baik itu geopolitik , agama dan kepentingan sumber daya alam di etnis rohingya.Rasa kemanusian terusik betapa nyawa manusia sudah tidak berharga lagi di hadapan juntamiliter dan para biksu budha yang sejatinya memberi pesan perdamian akan tetapi menjadi iblis pencabut nyawa bagi saudara-saudara kita etnis Rohingya. Persoalan mayoritas dan minoritas tidak menjadikan suatu kelompok bertindak di luar rasa kemanusiaan.
Apa sikap kita seharusnya?
untuk apa kita bersahabat dengan bangsa yang tidak beradab kalaupun hari ini pasca pembantian etnis rohingya. Memutuskan hubungan diplomatik seharusnya langkah ini menjadi langkah kita yang tepat ditengah rasa kemanusian untuk berbuat sebagai bentuk ketegasan bangsa indonesia saat ini. Sisi kemanusian kita terusik ditengah saudara-saudara kita yang tidak diperlakukan yang tidak beradab. Apabila upaya diplomatis yang dilakukan oleh pemerintah indonesia tidak di jalankan oleh bangsa myanmar sebagai bangsa yang menjunjung tinggi kebhinekaan sudah sepatutnya kita memutuskan hubungan diplomatik. Untuk apa kita bersahabat dengan bangsa yang tidak beradab. Alasan apapun mereka telah melukai sisi kemanusian kita. Duka mereka duka kita bersama.
Bantuan-bantuan mulai memasuki wilayah Myanmar akan tetapi itu tidak bisa menghilangkan duka mereka etnis Rohingya yang di usir dari tanah kelahirannya. Kalaupun hari ini mereka meninggalkan kampung halamannya tidak lebih dari mereka ingin hidup untuk anak-anak dan cucunya untuk dapat melanjutkan cita-cita mereka. Ini bukan hanya persoalan agama, etnis dan geopolitik akan tetapi ini persoalan manusia yang dihilangkan nyawanya. Rasa kemanusian kita tergugah dan mengutuk keras apa yang telah terjadi hari ini. Sakitmu, derita kami.
Komentar
Posting Komentar