SGI Bima: Literacy Weekend And Book Camp 2017 Membangun Literasi Dari Desa Untuk Bima Oleh Eka Ilham
Literacy Weekend And Book Camp 2017
(Literasi Dari Desa Untuk Bima)
Oleh: Eka Ilham
Merawat generasi dengan mengadakan kegiatan festival literasi dari berbagai komunitas-komunitas penggiat dan pencita literasi adalah salah satu langkah terobosan oleh kita semua untuk mengajak generasi melek akan membaca dan menulis. Sebut saja di daerah kita yang kita cintai ini dana mbojo, sudah berapa banyak komunitas-komunitas literasi yang menggalakkan budaya literasi atau kegiatan literacy weekend and book camp 2017 di suatu tempat yang dimana semua komunitas berkumpul pada hari sabtu minggu untuk berbagi pengalaman pada para peserta book camp 2017. Komunitas literasi tersebut berbagi pengalaman di acara tersebut. Kegiatan-kegiatan ini sama sekali tidak pernah di lakukan di kabupaten bima ini. Kegiatan seperti kelas inspirasi dan literasi lebih banyak di pelopori oleh masyarakat yang peduli akan perkembangan generasi bima kedepannya, mereka-mereka pekerja sosial yang masih peduli tentang daerahnya.
Sudahkah Daerah Berbuat Untuk Merawat Budaya Literasi?
Budaya membaca dan menulis di daerah kita ini sangat kurang. Hal ini dapat kita lihat dari sedikitnya anak-anak di lingkungan sekolah untuk melek membaca lebih banyak di isi dengan aktivitas di kantin atau hanya sekedar bermain dan bercekrama dengan teman sebayanya setelah jam belajar(istrahat). Seberapa banyak siswa siswi kita memasuki perpustakaan untuk membaca pada jam istrahat, minatnya sangat sedikit sekali. Pengaruh teknologi dalam penggunaan medsos telah menjangkiti para peserta didik kita dari pada merawat budaya literasi. Literasi yang sangat sedikit di perpustakaan sekolah menambah minat baca sangat kurang. Buku-buku seperti novel, puisi, cerita-cerita inspiratif dan buku sastra lainnya hampir sedikit kita temukan di perpustakaan sekolah. Bahkan hari ini kita temukan fakta di lapangan masih banyak sekolah-sekolah di daerah terpencil dan desa yang tidak memiliki perpustakaan sekolah. Pemerintah daerah dalam hal ini kabupaten bima melalui dikbudporanya harus memiliki program seperti "literasi dari desa untuk bima" dengan mendata atau memetakan komunitas-komunitas dan para penulis dari bima untuk memberikan sumbangsihnya merawat generasi melalui budaya membaca dan menulis yang di peruntukkkan pada siswa, orang tua, guru dan masyarakat. Dengan mengadakan literacy weekend dan book camp 2017 merupakan terobosan yang coba kita tawarkan ke pemerintah daerah kabupaten bima. Kalaupun didaerah lain seperti yogya, bandung, makassar yang menggalakkan festival literasi, tentu kita bisa melakukan itu dengan kerjasama dan koordinasi yang baik dengan para pegiat literasi. Kabupaten bima memiliki banyak sumber daya manusia untuk melaksanakan kegiatan literasi ini. Para penerbit dan penulis buku yang berasal dari bima banyak mewarnai di kancah nasional dan internasional. Suatu hal yang sangat di sayangkan kalau kita tidak memberdayakan potensi ini. Buku-buku di setiap sekolah, perguruan tinggi, dan perpustakaan daerah sangat minim referensinya. Sudah saatnya para penulis dari bima dan penerbit dari bima, pemerintah daerah bekerjasama untuk membumikan budaya literasi salah satunya buku- buku penulis dari bima dapat memasuki ruang-ruang perpustakaan. Membangun perpustakaan rakyat di setiap desa akan menambah giat anak-anak desa untuk membaca dan menulis dengan gratis. Program ini bukan hanya sekedar di lakoni oleh para pegiat literasi akan tetapi pemerintah daerah harus lebih besar mengambil bagian dengan program ini. Dengan menggiatkan budaya literasi yang merupakan salah satu solusi cerdas untuk menjadikan manusia-manusia dou mbojo atau bima mencintai ilmu dengan membaca dan menulis.
Sumber Foto: Literacy Weekend And Book Camp 2017 Komunitas-Komunitas Literasi Sulsel.
(Literasi Dari Desa Untuk Bima)
Oleh: Eka Ilham
Merawat generasi dengan mengadakan kegiatan festival literasi dari berbagai komunitas-komunitas penggiat dan pencita literasi adalah salah satu langkah terobosan oleh kita semua untuk mengajak generasi melek akan membaca dan menulis. Sebut saja di daerah kita yang kita cintai ini dana mbojo, sudah berapa banyak komunitas-komunitas literasi yang menggalakkan budaya literasi atau kegiatan literacy weekend and book camp 2017 di suatu tempat yang dimana semua komunitas berkumpul pada hari sabtu minggu untuk berbagi pengalaman pada para peserta book camp 2017. Komunitas literasi tersebut berbagi pengalaman di acara tersebut. Kegiatan-kegiatan ini sama sekali tidak pernah di lakukan di kabupaten bima ini. Kegiatan seperti kelas inspirasi dan literasi lebih banyak di pelopori oleh masyarakat yang peduli akan perkembangan generasi bima kedepannya, mereka-mereka pekerja sosial yang masih peduli tentang daerahnya.
Sudahkah Daerah Berbuat Untuk Merawat Budaya Literasi?
Budaya membaca dan menulis di daerah kita ini sangat kurang. Hal ini dapat kita lihat dari sedikitnya anak-anak di lingkungan sekolah untuk melek membaca lebih banyak di isi dengan aktivitas di kantin atau hanya sekedar bermain dan bercekrama dengan teman sebayanya setelah jam belajar(istrahat). Seberapa banyak siswa siswi kita memasuki perpustakaan untuk membaca pada jam istrahat, minatnya sangat sedikit sekali. Pengaruh teknologi dalam penggunaan medsos telah menjangkiti para peserta didik kita dari pada merawat budaya literasi. Literasi yang sangat sedikit di perpustakaan sekolah menambah minat baca sangat kurang. Buku-buku seperti novel, puisi, cerita-cerita inspiratif dan buku sastra lainnya hampir sedikit kita temukan di perpustakaan sekolah. Bahkan hari ini kita temukan fakta di lapangan masih banyak sekolah-sekolah di daerah terpencil dan desa yang tidak memiliki perpustakaan sekolah. Pemerintah daerah dalam hal ini kabupaten bima melalui dikbudporanya harus memiliki program seperti "literasi dari desa untuk bima" dengan mendata atau memetakan komunitas-komunitas dan para penulis dari bima untuk memberikan sumbangsihnya merawat generasi melalui budaya membaca dan menulis yang di peruntukkkan pada siswa, orang tua, guru dan masyarakat. Dengan mengadakan literacy weekend dan book camp 2017 merupakan terobosan yang coba kita tawarkan ke pemerintah daerah kabupaten bima. Kalaupun didaerah lain seperti yogya, bandung, makassar yang menggalakkan festival literasi, tentu kita bisa melakukan itu dengan kerjasama dan koordinasi yang baik dengan para pegiat literasi. Kabupaten bima memiliki banyak sumber daya manusia untuk melaksanakan kegiatan literasi ini. Para penerbit dan penulis buku yang berasal dari bima banyak mewarnai di kancah nasional dan internasional. Suatu hal yang sangat di sayangkan kalau kita tidak memberdayakan potensi ini. Buku-buku di setiap sekolah, perguruan tinggi, dan perpustakaan daerah sangat minim referensinya. Sudah saatnya para penulis dari bima dan penerbit dari bima, pemerintah daerah bekerjasama untuk membumikan budaya literasi salah satunya buku- buku penulis dari bima dapat memasuki ruang-ruang perpustakaan. Membangun perpustakaan rakyat di setiap desa akan menambah giat anak-anak desa untuk membaca dan menulis dengan gratis. Program ini bukan hanya sekedar di lakoni oleh para pegiat literasi akan tetapi pemerintah daerah harus lebih besar mengambil bagian dengan program ini. Dengan menggiatkan budaya literasi yang merupakan salah satu solusi cerdas untuk menjadikan manusia-manusia dou mbojo atau bima mencintai ilmu dengan membaca dan menulis.
Sumber Foto: Literacy Weekend And Book Camp 2017 Komunitas-Komunitas Literasi Sulsel.
Komentar
Posting Komentar