SGI Bima: Menulis Adalah Jalan Keabadian Oleh Eka Ilham
Menulis Adalah Jalan Keabadian
Tidak sedikit banyak manusia diberikan kelebihan untuk menuangkan pikirannya dalam sebuah tulisan akan tetapi lisan mereka mampu menerjemahkannya. Tidak sedikit pula manusia lisannya tidak mampu akan tetapi mereka bisa menerjemahkannya dalam sebuah tulisan. Adapula kedua-duanya mampu dilakoni terampil berbicara dan terampil menulis. Dimanakah bakat dan minat kita tertuju tentu kita semuahb berharap kedua peran itu bisa kita lakoni lisan dan tertulis. Sepandai-pandainya manusia kalaupun tidak bisa di tuliskan maka kita akan dilupakan sejarah dan zaman. Menulis adalah jalan keabadian, dia tidak akan hekang oleh zaman sampai penulis itupun meninggalkan jasad dan ruhnya karya-karyanya akan selalu dikenang dan menjadi indpirasi bagi para pembaca dari masa ke masa. Menulis adalah bermain dengan aksara melalui pena, dia mampu mempengaruhi setiap pembaca agar masuk ke wilayah imajinasi yang menembus batas alam sadar dam bawah sadar kita. Menulis mampu memberikan energi positif bagi penulisnya maupun para pembacanya, akan tetapi menulis juga mampu memberikan energi negatif bagi para pembacanya terutama pada tulisan-tulisan yang tidak menyehatkan jiwa dan raganya.
Bagi saya menulis bukan sekedar untuk ingin di puji ataupun menunjukkan eksistensi kita akan tetapi menulis adalah salah satu jalan mengobati penyakit-penyakit yang ada dalam jiwa dan badan. Dengan menulis kita di ajak untuk belajar bercermin diri tidak ada yang tersakiti atau menyakiti sebab kita menulis untuk mentertawakan diri kita sendiri. Menulis ada jalan pencerahan dan menulis adalah senjata dengan kata-kata. Menyampaikan ide dan gagasan lewat menulis adalah jalan menuju keabadian. Menulis adalah sebuah proses tidak jadi begitu saja, setiap saat pada sisi perenungan kita, tentu menemukan sebuah titik kesadaran dan kejernihan di sanubari kita yang coba kita tuangkan lewat lisan kita, namun tidak semua tersampailan pesan itu, melalui tulisan pesan moral itu akan tersampaikan. Betapa nikmatnya menulis, jiwa kita butuh asupan makanan untuk menyimpan energi-energi positif. Menulis bukan sekedar untuk mendapatkan imbalan dari penjualan buku-buku karya kita tetapi lebih dari itu, kita ingin menulis menjadi jalan keabadian bagi kita.
Sebut saja sang maestro puisi Chairin Anwar karya-karyanya tidak lekang oleh zaman masih bisa kita nikmati dan dikenang sepanjang masa, dia abadi sepanjang masa walaupun jasad dan tulang-tulangnya lebur bersama bumi. Kepuasan dan kenikmatan dalam menulis telah ku temukan. Nikmatnya bagaikan madu yang manis. Nikmatnya menembus batas alam kesadaranku. Menulis adalah sebuah kesenangan dan menulis adalah sebuah anugerah dari sang pencipta.
Tidak sedikit banyak manusia diberikan kelebihan untuk menuangkan pikirannya dalam sebuah tulisan akan tetapi lisan mereka mampu menerjemahkannya. Tidak sedikit pula manusia lisannya tidak mampu akan tetapi mereka bisa menerjemahkannya dalam sebuah tulisan. Adapula kedua-duanya mampu dilakoni terampil berbicara dan terampil menulis. Dimanakah bakat dan minat kita tertuju tentu kita semuahb berharap kedua peran itu bisa kita lakoni lisan dan tertulis. Sepandai-pandainya manusia kalaupun tidak bisa di tuliskan maka kita akan dilupakan sejarah dan zaman. Menulis adalah jalan keabadian, dia tidak akan hekang oleh zaman sampai penulis itupun meninggalkan jasad dan ruhnya karya-karyanya akan selalu dikenang dan menjadi indpirasi bagi para pembaca dari masa ke masa. Menulis adalah bermain dengan aksara melalui pena, dia mampu mempengaruhi setiap pembaca agar masuk ke wilayah imajinasi yang menembus batas alam sadar dam bawah sadar kita. Menulis mampu memberikan energi positif bagi penulisnya maupun para pembacanya, akan tetapi menulis juga mampu memberikan energi negatif bagi para pembacanya terutama pada tulisan-tulisan yang tidak menyehatkan jiwa dan raganya.
Bagi saya menulis bukan sekedar untuk ingin di puji ataupun menunjukkan eksistensi kita akan tetapi menulis adalah salah satu jalan mengobati penyakit-penyakit yang ada dalam jiwa dan badan. Dengan menulis kita di ajak untuk belajar bercermin diri tidak ada yang tersakiti atau menyakiti sebab kita menulis untuk mentertawakan diri kita sendiri. Menulis ada jalan pencerahan dan menulis adalah senjata dengan kata-kata. Menyampaikan ide dan gagasan lewat menulis adalah jalan menuju keabadian. Menulis adalah sebuah proses tidak jadi begitu saja, setiap saat pada sisi perenungan kita, tentu menemukan sebuah titik kesadaran dan kejernihan di sanubari kita yang coba kita tuangkan lewat lisan kita, namun tidak semua tersampailan pesan itu, melalui tulisan pesan moral itu akan tersampaikan. Betapa nikmatnya menulis, jiwa kita butuh asupan makanan untuk menyimpan energi-energi positif. Menulis bukan sekedar untuk mendapatkan imbalan dari penjualan buku-buku karya kita tetapi lebih dari itu, kita ingin menulis menjadi jalan keabadian bagi kita.
Sebut saja sang maestro puisi Chairin Anwar karya-karyanya tidak lekang oleh zaman masih bisa kita nikmati dan dikenang sepanjang masa, dia abadi sepanjang masa walaupun jasad dan tulang-tulangnya lebur bersama bumi. Kepuasan dan kenikmatan dalam menulis telah ku temukan. Nikmatnya bagaikan madu yang manis. Nikmatnya menembus batas alam kesadaranku. Menulis adalah sebuah kesenangan dan menulis adalah sebuah anugerah dari sang pencipta.
Foto: Kumpulan Puisi Kim Al Ghozali AM
Komentar
Posting Komentar